"Biarkan Cina tidur nyenyak, kalau bangun dunia akan dibikin repot." Hari ini, Cina benar-benar membikin Amerika tak bisa tidur. Ratusan tahun setelah Napoleon mengucapkan kata-kata itu, Cina benar-benar membikin repot tapi bukan dunia, setidak-tidaknya tidak seluruh dunia, melainkan Amerika. Di umurnya yang baru 61 tahun, Cina membikin Amerika keteteran. Sebenarnya hampir seluruh mitra dagang Cina mengalaminya, menghadapi serbuan produk yang luar biasa murah. Saking tak terbendungnya, Amerika menderita defisit sekitar US$5 miliar seminggu. Angka defisit ini dulu, beberapa tahun lalu, baru tercapai dalam setahun. Apa akibat dari defisit (jumlah barang dan jasa Amerika ke China lebih kecil dari jumlah yang dikirim Cina ke Amerika) perdagangan? Industri Amerika terpuruk, banyak yang tutup, dan konsumen mengalihkan belanjanya ke produk Cina. Penganguran pun bertambah.
Presiden Obama yang tengah pusing menghadapi lonjakan pengangguran, terpaksa putar otak untuk melawan serbuan barang-barang made in china ini. Obama pun mengambil cara tak lazim dan cenderung melanggar asas liberalisme yang Amerika (dan negara kapitalis lainnya) agung-agungkan. Amerika akan mengenakan sanksi dagang kepada Cina, hanya karena nilai mata uangnya, renmimbi, dinilai terlalu rendah sehingga harga barang-barang Cina pasti lebih murah dari produk serupa buatan Amerika. Usulan undang-undang ini sudah disetujui DPR Amerika dan segera akan dibawa ke kongres, dimana hampir pasti tak akan ditolak. Kebijakan ini akan membuat produk Cina lebih mahal 10% dari yang sekarang ini. Agaknya Amerika mau kembali ke masa merkantilisme. Jika yang melakukan ini negara kecil dan tidak kaya pasti akan diteriaki seluruh dunia dengan dianggap sebagai menentang pasar bebas.
Ini bukan kali pertama Cina mendapat perlakukan seperti ini. Jika sekarang Cina menghadapi perang dagang dengan Amerika, satu setengah abad silam, Cina menghadapi perang sesungguhnya dengan Inggris juga gara-gara defisit perdagangan. Cina unggul dalam perdagangan dengan Inggris sekitar 1840-an. Ekspor teh Cina ke Inggris melonjak setelah warga Inggris keranjingan minum teh, membuat neraca perdagangan kedua negara defisit di sisi Inggris. Tak mau kalah dengan Cina, negara pengajur liberalisme ekonomi ini mengekspor candu (hasil pertanian negara koloninya di Asia Selatan, India) ke daratan Cina untuk menyeimbangkan perdagangan. Tapi, penguasa Cina tak rela, rakyatnya setiap hari teler karena mengisap candu, maka Cina pun menyita cargo-cargo yang berisi candu.
Inggris yang tengah berjaya sebagai imprealisme saat itu memakai peristiwa penyitaan cargo candu itu untuk memproklamasikan perang melawan Cina. Sungguh memalukan - untuk ukuran moral abad kolonialisme sekalipun - Inggris memakai cara kotor untuk menyelesaikan masah defisit. Karena kalah canggih peralatan perangnya, Cina kalah dari Inggris dalam perang yang umum dikenal sebagai Perang Candu. Maka, Cina terpaksa meminjamkan Hong Kong di 1842 dan baru dikembalikan pada 1997. beberapa tahun sebelumnya, Inggris memberlakukan undang-undang proteksi untuk produk jagunynya dengan memberlakukan tarif masuk kepada jagung impor dati negara koloni mereka sendiri, India yang lebih dikenal dengan Corn Laws. Ini persis yang dilakukan Amerika kepada Cina saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar